Sabtu, 16 Juni 2012

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreativitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, , berbudi pekerti yang luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan Negara serta agama. Proses itu sendiri suda berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Ilmu pendidikan agama islam merupakan prinsip, struktur, metedologi, dan obyek yang memiliki karakteristik epistemology yang islami. Oleh karena itu, pendidikan islam sangat bertolak belakang dengan pendidikan non-islam. Pengembangan pendidikan islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistim alternative yang lebih baik dan relative dapat memenuhi kebutuhan umat islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.
Dalam mengaplikasi metode pembelajaran agama islam, perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar antara lain: pengetahui tujuan pendidikan, mengenal motivasi, minat, kemampuan dan latar belakang siswa, serta selalu menegakan contoh yang baik, menyelaraskan antara ucapan dan perbuatan yang kita kenal dengan "Uswah Hasanah".
Dan seyogyanya Setiap guru senantiasa berada dalam situasi yang terdiri dari sejumlah factor yaitu factor murid (keadaan dalam latar belakangnya), dan sekolah (suasana, staf, faselitas dan perlengkapannya). Analisis terhadap factor-faktor ini akan dapat memberi petunjuk terhadap guru-guru mengenai apa-apa yang harus ditempuh dalam menyusun kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien.
Melihat dari latar belakang diatas pemakalah akn membatasi dan merumuskan permasalahan yang berkaitan dengan peryataan diatas yaitu sebagai berikut.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a) Pembatasan masalah
1. Relevansi metode dengan
a. Situasi guru
b. Suasana kelas
c. Alat-alat
2. Relevansi metode dengan murid
b) Perumusan masalah
1. Relevansi metode dengan
a. Situasi guru?
b. Suasana kelas?
c. Alat-alat?
2. Relevansi metode dengan murid?


BAB II
PEMBAHASAN


A. Relevansi Metode dengan situasi

Pada umumnya system pendidikan didasarkan pada asumsi bahwa sejumlah jenis tingkah laku dapat diperoleh dalam situasi social. Setiap guru senantiasa berada dalam situasi yang terdiri dari sejumlah factor yaitu factor murid (keadaan dalam latar belakangnya), dan sekolah (suasana, staf, faselitas dan perlengkapannya). Analisis terhadap factor-faktor ini akan dapat memberi petunjuk terhadap guru-guru mengenai apa-apa yang harus ditempuh dalam menyusun kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien.
Berikut ini akan mencooba menggambarkan bagaimana relevansi situasi dengan Metode mengajar.
1. Guru
b. Penertian guru
Guru adalah seorang yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkamn dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu dapat diperhatikan dalam hal mana ia memiliki kemampuan dan kelemahan.
Dengan demikian guru sebagai bagian dari situasi belajar mengajar cenderung untuk mengambil keputusan-keputusan yang berbeda dengan guru lain.
c. Karakteristik seorang guru agar proses belajar dapat memperoleh tujuan yang afektif dan efesien.
Dalam “ihya Ulummudin” Al-Gozali melukiskan betapa penting keperibadian seorang gurun atau pendidik :
Seorang guru mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya jangan membohongi perbuatannya, karena sesungguhnya ilmu dapat dilihat dengan kata hati, sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepalah, padahal yang mempunayai mata kepalah adalah lebih banyak.”


Kemudian Al-Gozali mengemukakakan syarat-syarat keperibadian seorang guru adalah sebagai berikut :
 Sabar menerima masalah-masalah yang ditanyakan murid dan harus diterima dengan baik.
 Senantiasa bersifat kasih dan tidak pilih kasih.
 Jika duduk harus sopan dan tunduk tidak ria/pamer.
 Tidak takabur, kecuali kepada orang yang dzolim, dengan maksud mencegah dari tinkdakannya.
 Bersikap tawadhu dalam pertemuan-pertemuan.
 Menampilkan hujjah yang benar, apabilah dia berada dalam hak yuang salah, bersediah rujuk dalam kebenaran.
d. Pengaplikasian metede oleh seorang guru
Metode yang diajarkan termasuk kedalam keputusan yang diambil sendiri oleh guru yang bersangkutap setelah mengadakan berbagai macam spekulasi-0spekulasi. Guru A memilih ddan memutuskan untuk menggunakan metode ceramah untuk mengajar bahan sejarah”masuknya islam ke Indonesia” karena ia merasa dirinya adalah seorang pembnicara yang baik yang dapat merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar selanjutnya. Sebalaiknya guru B setelah mempertimbangkan kemampuannya dan faselitas yang ada, akirnya memutuskan menggunakan metode kerja kelompok. Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa metedo yang dipakai mempunyai relevansi dengan situasi (dalam hal ini factor guru).
2. Suasana kelas (Social Climate)
Yang dimaksud dengan suasana kelas dalam uraian ini adalah hubungan social antara guru dengan murid dan murid dengan murid. Di madrasah sering kita jumpai hubungan social yang bersifat otokratis. Pada suasana otokratis guru memegang seluruh tanggung jawab dan inisiatif. Murid cenderung menjadi fasif, menurut, bekerja sendiri-sendiri yang memungkinkan terjadinya persaingan yang tidak sehat. Pada suasana demokratis/ pembagian tugas dan tanggung jawab antara guru dengan mnurid. Murid mempunyai kecenderungan untuk bekerja sama, penuh inisiatif, tidak hanya menerima pelajaran tetapi juga menggunakan pendapat-pendapatnya.


Guru yang menghadapi suasana yang demokratis akan menggunakan metode yang memungkinkan anak bekerja sama, bersaing secara sehat, dan mencega berbagai masalah, missal;nya metede diskusi dan Metode proyek. Sebaliknya metode-metode tersebut tidak relevan dengan suasana kelas yang otokratis.
Keadaan kelas yang gaduh karena suara-suara bising, dalam situasi ini jelas tidak memungkinkan menggunakan metode cerama, diskusi dan sosiodrama.
3. Alat-alat
Yang dimaksud alat disini adalah semua perlengkapan yang ikut menentukan penggunaan suatu materi pelajaran cukup bersedia bagi setiap murid, maka kemungkinan Metode assignment recitation dapat digunakan, sebaliknya kalau buku tidak ada atau tidak cukup, akan dipilih metode cerama.
Dari contoh-contoh yang relevan dengan situasi, hendaklah diperhitungkan semua aspek situasi itu.
B. Relevansi Metode dengan Murid
a. Hal-hal yang mempengaruhi relatifitas metode pembelajaran
Salah satu aspek yang ada didalam kerangka belajar mengajar adalah aspek murid, semua guru mengetahui bahwa murid-murid berbeda satu dari yang lainnya. Kemungkinan yang berbeda itu cukup besar dan tidak ada dua orang yang identik. Terdapat kecenderungan yang umum yang dapat diamati, tapi pada dasarnya setiap anak adalah seorang individu. Masalah individu ini mendapat perhatian secara teoritis dalam lembaga pendidikan guru pada umumnya.
Beberapa perbedaan murid cukup jelas dan dengan segera dapat diamati dan diketahui oleh guru pada saat pertama kali masuk kelas, perbedaan ini terutama mengenai perbedaan fisik. Perbedaan-perbedaan yang lainnya misalnya perbedaan keperibadian dan watak akan kelihatan setelah beberapa waktu kemudian. Metuk menyadari perbedaan-perbedaan ini perlu waktu agak lama, namun demikian dalam jangka waktu tertentu akan jelas bahwa terdapat ketidakseragaman dalam materi yang dipelajari, dalam kecepatan belajar, sikap terhadap belajar dan cara belajar. Begitu kita jumpai murid dalam kelas memiliki tingkat pengalaman yang berbeda dirumah atau dsekolah terdahulu (ibtidaiyah), disebabkan oleh perbedaan-perbedaan tersebut diatas, setiap kesempatan belajar yang diberikan disekolh akan berbeda bagi murid yang berbeda.

Kesemuannya itu suda diketahui dengan baik, guru-guru sanggup menukil contoh-contoh dari pengalaman mereka sendiri tentang pearbedaan yang beraneka ragamdan menerima teori dalam pendidikan mereka bahwa mereka harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dan menyiapkan pendidikan bagi murid yang dapat memenuhio perbedaan itu. Hal ini teoritis sifatnya dan bagaiman dalam prakteknya?
Kalau kita perhatikan bahwa system pengajaran di madrasah masih mengikuti system klasikal dimana murid dengan berbagai ragam perbedaannya mendapat pelajaran yang sama pada waktu yang sama, maka metode yang relevan untuk memenuhi perbedaan-perbedaan individual (walaupun tidak seluruhnya) ialah dengan metode proyek, pemberian tugas-tugas tambahan dan pengelompokan berdasarkan kemampuan.
b. Bentuk relevansi metode dengan murid
Pelaksanaan metode yang menjamin pemenuhan perbedaan individual masi merupakan persoalan bagi guru. Hal ini disebabkan oleh karenah pengaruh ujian dan banyak guru berkomentar bahwa suatu hal yang mustahil melayani murid secara individual bila mereka mempersiapkan diri untuk ujian yang sama.para guru itu lupa bahwa tidak satu jalan menuju ke roma,. Ada berbagai jalamn untuk mencapai tujuan yang sama. Kalau murid memang berbeda dalam berbagai macam aspek, mengapa mereka diharuskan mencapai tujuan dengan cara yang sama? Lebih-lebih lagi sudah kebiasaan bagi murid yang akan ujian dan tidak ujian, diberikan kesempatamn belajar yang sama-materi yang sama, keterampilan yang sama, cara belajar dan sebagian serba sama?
Akhir-akhir ini suda dikembangkan juga system modul untuk bidang studi bahasa arab yang dapat memenuhi perbedaan individu khususnya dalam hal kecepatan belajar.
Sistem ini juga dapat dikembangkan untuk bidang studi pendidikan agama, terutama bahan yang menyangkut pengetahuan.


BAB III
KESIMPULAN


Setiap guru senantiasa berada dalam situasi yang terdiri dari sejumlah factor yaitu factor murid (keadaan dalam latar belakangnya), dan sekolah (suasana, staf, faselitas dan perlengkapannya). Analisis terhadap factor-faktor ini akan dapat memberi petunjuk terhadap guru-guru mengenai apa-apa yang harus ditempuh dalam menyusun kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien.
Adapun menurut Al-Gozaly diantara karakteristik yang harus dimiliki oleh guru adalah seperti :
 Sabar menerima masalah-masalah yang ditanyakan murid dan harus diterima dengan baik.
 Senantiasa bersifat kasih dan tidak pilih kasih.
 Jika duduk harus sopan dan tunduk tidak ria/pamer.
 Tidak takabur, kecuali kepada orang yang dzolim, dengan maksud mencegah dari tinkdakannya.
Adapun salah satu bentuk relevansi metode dengan murid adalh metode tersebut harus disesuaikan dengan kondisi murid terutama aspek individual, disamping itu kita ketahui bahwa yang namanya murid yang satu dengan murid yang lainnya berbeda dalam berbagai macam aspek yang terdapat dalam proses belajar mengajar dikarnakan salah satunya adalah karena in-put atau latar belakang yang berbeda.



DAFTAR PUSTAKA

 Daradjat Zakiah. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996
 Simandjuntak B, Didaktik dan Metodik, Tarsito, Bandung, 1986.
 Zaennudin, Seluk-Beluk Pendidikan Al-Gozali, Bumu Aksara, Jakarta, 1991.
 Tafsir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003.
 Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992.


0 komentar:

Posting Komentar