Senin, 21 Mei 2012

puisiku

panorama hujan

di beranda ini tak kukenali lagi senyummu
garis-garis hujan telah menghapus segala
keinginan untuk merindukanmu di antara
nyanyian. Angsa menangisi bayi
yang disuling dari peradaban masa silam
menjadi sepotong senja menghubungkan
darah cintaku pada sungai-sungai. Kubaca
kembali catatan mendung yang memanggil aroma
hujan di sini telah menggali segala kenangan
yang bergerak-gerak setiap detik dan akan meledak
karena isyarat telah kau kirim pada alamat
tercatat di kantor pos. Tergantung segala
salam bagi dunia yang menterjemahkan darah
seperti airmata menetes di jalan-jalan

"Indramayu"

0 komentar:

Posting Komentar