Kamis, 10 Mei 2012

puisiku

Dengan airmata kutangkap aura wajahmu
yang membias sungai seperti angsa-angsa
bercinta dalam kematian mitos dan
melupakan tapak-tapak sejarah yang
memberi kita kenikmatan bunga-bunga dan
hujan yang membasuh arti cinta
atas cinta bukan sebab airmata
"kadang" aku mencoba berkaca pada
urat daun untuk menikmati asin kehidupan
dan selalu berulang membasuh aib diantara
hiruk-pikuk pendemo yang kehilangan
tata krama dan cinta selalu ada dalam
bingkai demokrasi kata mereka ?
disini semerbak bau dupa,
bau bunga dan bau doa-doa dipersimpangan
inilah kita mulai pengembaraan dengan
jejak rindu layar hujan dan kau pun
berangkat untuk memastikan ada rindu diantara kita:
akulah burung yang kehilangan aura
dan aku bukan batu marmer, aku bukan air tersumbat,
aku bukan bau busuk khianat, aku bukan ranting rapuh
yang lekat pada beringin angkuh, aku bukan siapa-siapa
bukan apa aku, hanya air yang mengalir
ke muara menanti wangsit

"Indramayu"


0 komentar:

Posting Komentar