Senin, 14 Mei 2012

puisiku

interval malam

ti. Benih yang kita tebar di malam-malam
kini telah menjadi seonggok padang ilalang
di antara pecahnya peperangan amarta-kurawa
seribu sembilu menghujam ulu hati. Palamarta
segala cahaya telah menjadi santapan bagaspati
diam-diam terpinggirkan oleh bayangan amarah
menggoda setiap tetes darah. Mendung berbaris
sepanjang jalan menuju kurusetra
sambil meneriakan pembenaran yang didengungkan
kekuasaan. Akulah narasoma pencipta sejarah
mengejawantah dari sisa cinta pada pecahan botol
dalam gelap aku ingin tidur sepanjang perang
ti. Barangkali senyum itulah kita gantung
diantara hening malam dan suaramu terdengar
lewat capung menyebarkan aroma soka. Terserak
dari sempurnanya hidup hingga kau temukan sorga.
Orang-orang berteriakkembalikan ibu
sambil mengusung keranda

0 komentar:

Posting Komentar